Magetan - MN
Keinginan Pemkab Magetan untuk memasarkan produk produk unggulan ke investor nampaknya menemui jalan buntu. Dari sosialisasi kesejumlah investor beberapa waktu yang lalu, hingga kini belum ada tanda tanda bakal menanamkan modalnya di Magetan.Hal ini terkendala karena beberapa sebab. Seperti kuantitas dan kualitas produk, status kepemilikan lahan, dan sarana prasarana pendukung. Salah satu potensi yang diunggulkan, yakni Sarangan, ternyata belum menarik minat investor. Justru mereka tertarik untuk menggarap lokasi outbound yang berada dibawah kendali Perhutani. Demikian diungkapkan, Kabag Perekonomian, Venlly Thomi Nicholas. Dikatakannya, investor tertarik menggarap lokasi outbound dengan dana yang disiapkan sekitar 20 milyar. Namun karena lokasi tersebut milik Perhutani, maka Pemkab tidak bisa berbuat banyak. Jika ingin menggarap lokasi itu harus berurusan dengan pihak Perhutani. “ Mereka tertarik ke lokasi itu. Tetapi lokasi itu berada dilahan perhutani. Jadi kita ya nggak bisa apa apa”, ujarnya. Kalau pihak Perhutani mengijinkan, berarti bisa. Tetapi kalau tidak bisa, ya berarti rencana pengembangan potensi itu mandek. Karena kita ketahui, untuk pembebasan lahan milik Perhutani kan tidak mudah. Perijinannya panjang sekali. Dan rasanya sulit disetuji kalau lokasi itu berada pada status hutan lindung, tambanhya. Sementara untuk potensi lainnya, ternyata belum juga mampu memenuhi keinginan investor. Potensi beras misalnya, sebenarnya cukup besar. Karena tiap tahun mengalami surplus beras. Dan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk industri tepung. Dari tepung inilah bisa mendukung industri rumahan. Berupa makan olahan atau jajanan khas Magetan. Sebab seperti diketahui, saat ini banyak sekali warga Magetan yang berbisnis membuat kue atau roti. “Kalau bisa kita bangun pabrik tepung di Magetan. Saya yakin akan besar manfaatnya bagi industri makanan yang telah ada selama ini. Karena ketercukupan bahan bakunya”, kata Venlly. Namun sayangnya, meski Magetan terjadi surplus beras, ternyata kuantitas yang ada belum mampu untuk mencukupi kebutuhan sebuah industri. Sebab sekali melakukan proses pembuatan tepung dibutuhkan puluhan ribu ton beras. Sedangkan untuk menggarap Sarangan , menurut mantan kabag Humas ini,mungkin karena masih terkendalanya sarana transportasi. Karena Magetan dikenal sebagai kota buntu. Meski sekarang sudah ada jalan tembus, nampaknya belum mampu menarik investor. Mungkin akan berbeda jika kelak Magetan, khususnya Sarangan, tidak lagi sebagai jalur buntu. Karena jika jalur baru ini sudah final semua,bisa digarap sebuah paket kunjungan wisata. Seperti dari Solo ke Tawangmangu dan Sarangan. “ Kalau sarana jalan sudah mendukung, mungkin akan ada perkembangan soal wisata ke Sarangan”, katanya. Arifin Kurniawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar